NU Pulodarat akan mengikuti Pendidikan Instruktur PD-PKPNU, yang diselenggarakan oleh MWC NU Pecangaan, selama 3 hari mulai tanggal 29 s/d 31 Desember 2023 di Pondok Pesantren Walisongo Pecangaan.
Jumlah Warga NU Mayoritas, Peran Masih Minoritas. Tidak banyak organisasi yang mampu bertahan hingga 100 tahun. NU merupakan salah satu ormas yang mampu melewati era satu abad itu. Berdasar hasil survei sejumlah lembaga survei terkemuka warga NU ditaksir sekitar 50 persen dari jumlah umat Islam di Indonesia.
“Survei dari LSI (Lembaga Survei Indonesia-red) warga NU di atas 40 persen dari jumlah umat Islam di Indonesia. Bahkan, Saiful Mujani bilang angkanya lebih dari 50 persen,” kata instruktur dari PBNU KH Kholison Syafi’i pada pembukaan Pendidikan Dasar – Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PD-PKPNU) yang digelar di Kampus Politeknik Balekambang, Ponpes Roudlatul Mubtadiin, Nalumsari, Jepara.
Yang jadi persoalan, ungkapnya, ternyata angka yang besar ini belum menjadi kekuatan, baik di bidang ekonomi, politik dan lainnya. Angka yang besar itu tidak berbanding lurus dengan manfaat yang diperoleh.
NU juga belum mampu mewarnai Indonesia.
“Salah satu pangkal persoalannya menurut survei, indeks ideologi warga NU di bawah 5 persen. Pentingnya PD-PKPNU untuk menyelesaikan persoalan itu,” papar KH Kholison, yang juga pengurus PWNU Jateng itu.
Dia berharap PD-PKPNU, mampu mengarahkan warga NU agar bisa berkhidmat dan memiliki cara pandang yang sama. Ujung dari proses itu, gerakan yang dilakukan juga akan sama.
“Jadi, nanti fikroh, amaliah hingga harokah NU sama. Pandangan kebangsaan dan berpolitik juga ala NU,” katanya.
Kegiatan PD-PKPNU yang dijadwalkan berlangsung Jumat-Ahad (29-30-31/12-2023), diikuti ratusan kader NU dari seluruh Pengurus dan Banom NU se Kecamatan Pecangaan dan Kalinyamatan.
Kegiatan ini digelar agar kader NU memiliki cara pandang yang sama baik terkait fikroh (pemikiran), amaliah (perbuatan) hingga harakah (gerakan).
Mustasyar PCNU Jepara KH M Ma’mun Abdulloh Hadziq menuturkan, NU lahir dari pondok pesantren. Sehingga, tepat jika kegiatan PD-PKPNU digelar di pesantren. Kiai yang biasa disapa Mbah Ma’mun itu menegaskan, Pondok Pesantren dengan berbagai dinamikanya bisa menggembleng aktivis NU agar , tidak lupa dengan akarnya.
“Agar warga NU bisa merakyat dan mau ngopeni masyarakat kecil. Itu modal penting jika kelak ada warga NU yang menempati posisi strategis dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, agar tak lupa dengan masyarakat,” kata Mbah Ma’mun yang masih keturunan KH Sholeh Darat, guru muassis NU KH Hasyim Asy’ari ini.
Kegiatan ini bertujuan menyiapkan instruktur yang kapabel dalam progam kaderisasi NU.
Para peserta dibekali cara dan strategi agar mampu mencetak kader yang memiliki militansi tinggi sesuai ajaran ahlussunnah wal jama’ah dan sekaligus cinta NKRI.
“Pendidikan Instruktur ini wajib diikuti oleh masing-masing pengurus Wakil Cabang NU, Ranting, Anak ranting dan Banom NU se-Pecangaan & Kalinyamatan. Diharapkan lewat langkah itu tiap cabang memiliki Tim Instruktur yang kapabel dan mampu mengawal kaderisasi NU di daerahnya masing-masing,” kata Gus Hadziq.
Jika merujuk Peraturan Perkumpulan No. 2 Tahun 2022 tentang Sistem Kaderisasi dijelaskan tahapan kaderisasi NU meliputi Pendidikan Dasar-PKPNU (PD-PKPNU), Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU), dan Akademi Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (AK-NU). Masing-masing jenjang punya instruktur tersendiri.
Ketua Program Kaderisasi PBNU KH Mashuri Malik mengatakan kaderisasi ini penting untuk menguatkan kelembagaan NU. Organisasi Nahdlatul Ulama saat ini tidak hanya mengandalkan jumlah warga yang sangat besar tetapi juga harus didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang bagus. Oleh karena itu pendidikan instruktur bagian ikhtiar PBNU untuk menguatkan Jam’iyyah dan Jama’ah.
“Kalau jama’ah kuat dan faham tentang NU yang sesungguhnya, maka jam’iyyah akan menjadi solid dan kuat. Semakin banyak instruktur yang dicetak maka kegiatan kaderisasi bisa digelar secara masif di seluruh wilayah di Indonesia,” katanya.
Tugas instruktur tidak hanya sekedar menjadi narasumber tetapi harus mampu memahami kondisi NU yang menggelar kegiatan. Instruktur jelasnya, adalah pendidik yang bakal selalu mendampingi para peserta PD-PKPNU dari awal sampai akhir kegiatan.
“Kalau hanya narasumber, setelah memberi materi boleh pulang, oleh karena itu, niati dengan ikhlas ikut PD-PKPNU MWC Pecangaan ini sebagai bentuk khidmah kepada NU dan menjadi santri dari Hadratussyekh KH Hasyim Asyari. Yakinlah bahwa Khidmah akan membawa keberkahan,” pungkasnya.
Kegiatan PD-PKPNU MWC Pecangaan di Pondok Pesantren Walisongo Pecangaan akan diikuti perwakilan pengurus MWC, Ranting, Anak Ranting dan Banom se Kecamatan Pecangaan dan kalinyamatan. Dari Pulodarat, peserta PD-PKPNU adalah empat pengurus NU Ranting Pulodarat. Masing-masing yakni Syaiful Huda (Ketua PARNU), Muhammad Umar Hamdan (Bendahara ), Nasrul Muttaqin dan Murdiyono Sekretaris 1 dan 2 NU Ranting Pulodarat.
Selain dapat ilmu dan pengetahuan cara menjadi instruktur, peserta juga akan digembleng serta dilatih agar lebih disiplin. Selain itu juga ada olah jasmani dan olah rohani melalui olah raga dan juga istighosah yang dimulai sejak dini hari selama pelaksanaan PD-PKPNU.
“Kita seperti santri digembleng selama tiga hari untuk menjadi kader dan instruktur yang militan. Ini penting sebagai ikhtiar untuk mencetak kader-kader masa depan Nahdlatul Ulama.
Sumber Referensi :
Lakpesdam PCNU Jepara Ikuti Pendidikan Instruktur PD-PKPNU, Siap Cetak Kader NU yang Militan
https://www.nu.or.id/nasional/penjelasan-gus-yahya-tentang-perbedaan-kader-dan-warga-nu-MBYZY
https://nujepara.or.id/meneguhkan-posisi-kader-dan-kaderisasi-nu/