Pengurus Nahdlatul Ulama Desa Pulodarat Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara Muhammad Umar Hamdan dianugerahi penghargaan dalam ajang Santripreneur Award 2022. Muhammad Umar Hamdan diganjar juara 1 untuk kategori Ekonomi Creatife ajang penghargaan bagi kalangan santri yang dinilai telah mendedikasikan diri dan berkontribusi positif dalam bidang wirausaha berbasis pesantren dari seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan Santripreneur Award 2022 digelar di Muamalat Tower, Jakarta, Senin (21/11) malam. Penganugerahan penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia Teten Masduki, juga penyerahan Dana Hibah oleh Inisiator sekaligus Ketua Dewan Pembina Santripreneur Indonesia K.H. Ahmad Sugeng Utomo (Gus Uut).
Selain Muhammad Umar Hamdan, ada dua santri lain yang juga menerima penghargaan Santripreneur Award 2022. Masing-masing yakni M. Rofi’ul Ulum dari Lumajang, Jawa Timur, dengan usaha CV Bintang Songo Indonesia (produksi plywood) untuk kategori industri perdagangan dan jasa. Sedang untuk kategori kuliner, pemenangnya adalah Wiko Puji Susanto dari Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan nama usaha Tarunaku Fishsnack.
Tiga pemenang Santripreneur Award 2022 berhasil menyisihkan para peserta lain dari seluruh Indonesia. Mereka dinilai layak menjadi yang terbaik di bidangnya setelah mengikuti berbagai macam seleksi. Mulai dari seleksi berkas, verifikasi online, interview, hingga penjurian tahap akhir.
Muhammad Umar Hamdan mengatakan bersyukur seiring diterimanya penghargaan Santripreneur Award 2022. Menurutnya penghargaan ini akan menjadi penyemangat agar bisa lebih maksimal mendedikasikan diri dan berkontribusi positif dalam bidang wirausaha berbasis pesantren.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada panitia kegiatan, khususnya penasehat Santripreneur Indonesia KH Ahmad Badawi Basyir, putera Mbah Basyir Bareng, Jekulo, Kudus, shohibul ijazah Dalailul Khoirot. Semoga penghargaan ini bisa menjadi inspirasi bagi kalangan santri di Jepara maupun daerah lain di Indonesia. Mari kita tunjukkan kalau santri juga bisa,” ujar Muhammad Umar Hamdan yang juga Direktur Rotan Jepara ini, melalui keterangan tertulis, Selasa (22/11/2022) .
Rotan Jepara bergerak di bidang furniture custom. Nilai lebihnya bahan dasar rotan dipadukan dengan limbah dan sampah plastik yang selama ini dibiarkan dan akhirnya memicu masalah lingkungan. Limbah plastik itu berasal dari berbagai aktivitas rumah tangga, industri dan termasuk ratusan pondok pesantren yang ada di Jepara.
Rotan Jepara berusaha memberdayakan kalangan pesantren agar bisa mengolah limbah plastik itu. Berkat sentuhan tangan-tangan kreatif itu pula, limbah plastik diubah menjadi produk furniture yang punya nilai ekonomi tinggi. Produk Rotan Jepara tak hanya beredar di dalam negeri namun juga sudah diekspor ke sejumlah negara dengan omzet mencapai miliaran rupiah.
“Sebenarnya ada banyak permintaan dari buyer luar negeri. Tapi tidak semuanya bisa kita penuhi karena keterbatasan produksi. Kita terus berupaya mencari solusi agar lebih banyak santri dan elemen lain di Jepara yang bisa kita berdayakan. Ini juga sekaligus edukasi agar kalangan santri dan pesantren lebih memiliki daya saing,” kata pengurus Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Kabupaten Jepara ini.
Disamping menjadi Pengurus di NU Pulodarat, Beliau juga active menjadi pengurus di beberapa komunitas sosial bisnis di Jepara, seperti HIMKI(Himpunan Industri dan Kerajinan Indoneia), KLBI(Karya Logam Bersatu Indonesia ), PLJ (Pengusaha Las Jepara) juga HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia ).
Sementara itu, Gus Uut mengatakan ajang penghargaan Santripreneur Award 2022 yang telah memasuki tahun kedelapan atau sewindu penyelenggaraan ini selalu memiliki perubahan yang mendasar pada setiap tahunnya. Untuk tahun ini, pihaknya melihat kesiapan dalam menghadapi proses globalisasi di bidang ekonomi, persaingan yang begitu ketat sehingga santripreneur itu harus benar-benar punya daya saing.
“Lewat ajang ini, Santripreneur Indonesia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa santri juga dapat berkontribusi dalam pengembangan ekonomi pesantren, masyarakat, bahkan nasional. Gerakan ini juga ingin menunjukkan bahwa santri tidak hanya bisa mengaji, namun juga berbisnis. Jumlah santri di Indonesia jutaan orang, semoga pemerintah juga melihat potensi. Mereka ini layak dikembangkan menjadi pengusaha-pengusaha baru atau wirausaha yang tanggap dan siap menghadapi globalisasi,” tandas Gus Uut.